Selasa, 10 September 2013

Sebuah Pengakuan



>makan siang dulu..
>perhatian sekali anda?
>bukanya dr dulu aku perhatian?
>masa' sih nggak percaya..

dulu, bukanya aku tidak perhatian..aku selalu perhatian, cuman dulu aku terbentur sama konsesus, aturan yg tak pernah tertulis, cuman benar-benar mampu mengikat gerak dan sikapku. aku terpaksa menyamarkan sikap perhatianku. aku butuh alibi. persaudaraan, penempatan diri sebagai adik kakak, sehingga konsekwensinya perhatian itu harus aku bagi dg saudaramu yg lain, meskipun aku akui, aku tak mampu membagi untk semuanya. mungkin perhatian itu hanya mampu aku bagi untk kalian berdua, kenapa berdua dan tdk semuanya, itulah bukti bahwa aku perhatian padamu, butuh sikap special, kenapa kalian berdua, krn aku butuh alibi. dan sikap ini pastinya berbeda, unk teman-teman sebayaku.
  walaupun setelah waktu tetap berproses, sikap yg mula-mula alibi itu, terkontaminasi,l kadang aku menolak sikap kontaminasi itu, walaupun kadang aku tetap menikmati keadaan itu. aku tdk berusaha menolak. mungkin sikap itu jugalah yg membuat orang lain, menjadi acak dan bingung, sikap dan pilihan yg jelas yg mana, kecuali orang yg sengaja kamu seret dalam proses kita. meskipun sikapmu itu menciderai aku. kadang aku merasa kecewa, kamu tdk menghormatiku. setelah aku melakukan pengakuan sikap kepadamu. hormati aku dg menjaga pengakuanku hanya akan ada di memoriku dan memorimu. aku percaya memori tdk bisa d hapus, hanya saja d abaikan. tp kamu tdk melakukan itu.
  kini setelah sekian tahun, ketika aku dlm titik pijakan yg rendah aku tak mampu membendung diriku, aku melakukbn pengakuan2 itu lg, meskipun aku tahu kamu belum tentu membutuhkan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar